Pada umumnya orang sakit itu sensitive karena sedang menahan rasa sakitnya. Sehingga sedikit ada kesalahan dalam pelayanan maka bisa menangis bagi yang tidak berdaya atau sekalian marah bagi yang masih punya daya. 

Hal itu bisa dimaklumi karena orang sakit itu memerlukan perhatian lebih dan pelayanan khusus. Jadi karakter untuk minta diperhatikan dan dilayani bukan hanya dimiliki pejabat tapi juga orang-orang yang sedang sakit.

Ini rasa ego yang manusiawi untuk mendapatkan pengakuan sebagai orang yang layak memerlukan simpati dan empati. Mereka bukan mau manja atau cengeng tapi memang sedang tidak berdaya untuk mendapatkan bantuan orang-orang sekitarnya.

Maka jangan sekali-kali bercanda yang tidak perlu apalagi mengolok dan meremehkan orang yang sedang sakit. Kondisi normal atau sehat saja, tidak semua orang bisa diajak canda, diolok atau diremehkan. Apalagi orang yang sedang sakit, mereka bisa bertambah sakit fisik dan hatinya.

Ada beberapa karakter orang sakit di rumah sakit. Pertama ketakutan, artinya mereka memiliki bayang-bayang yang menakutkan, entah karena mau sekedar disuntik, dioperasi dan ada takut yang sangat yaitu  kematian. Ketakutan pertama biasanya relatif ringan untuk menyadarkannya karena mereka sebenarnya sadar tentang sakitnya dan memang mau sembuh dari sakitnya tapi takut untuk menjalani proses penyembuhan.  

Adapun ketakutan kedua karena kematian, biasanya daya ilusinya tinggi atau jauh. Sebentar-bentar mimpi bertemu dengan saudara atau teman yang sudah lama meninggal yang seolah memanggil-manggilnya. Atau terkadang melihat bayangan putih di depan pintu atau di palffon kamar rumah sakit sambil melambaikan tangannya.

Apalagi satu kamar atau tetangga ranjangnya sudah meninggal duluan, maka ada pertanyaan yang menyelinap dalam pikirannya,“Apakah malaikat maut akan meneruskan giliran mencabut nyawa dia atau loncat ke pasien kamar sebelah.“ Contoh lain ada saudaranya yang menjenguk sekedar cerita kalau baju kesayangannya hilang kancingnya satu. Kancing hilang dimaknai kematian dirinya. Apalagi kalau dengar sirene ambulance, tambah mengerikan.

Jenis orang ini sangat sensitif terhadap semua yang dirasa, didengar, terlintas dalam pikiran selalu dimaknai dengan tanda-tanda kematiannya sudah dekat dan anehnya tidak mati-mati juga. Sehingga tambah tersiksa dengan bayangan-bayangan yang menakutkan dirinya sendiri, biasanya kalau mati bukan karena penyakitnya tapi sebab rasa takutnya.

Kedua, tidak sabar dengan sakitnya. Orang yang sakit jenis ini mau cepat-cepat sembuh karena tidak tahan lama-lama menjadi penghuni kamar rumah sakit. Misalnya, sudah ada jadwal mau operasi dan tiba-tiba ada penundaan jadwal operasi, padahal sudah puasa dan capek pinggang karena baring terus di ranjang pembaringan. Maka spontan marah dan prasangka jelek bahwa ada “permainan” perawat atau manejemen. Padahal memang antre dan belum gilirannya.

Ada yang menunjukkan ketidaksabarannya dengan sering menangis keras, biasanya pasien kecil. Kasihan sekali melihat anak kecil yang harus dipasang selang infuse atau pakai oksigen hidungnya. Dia belum bisa mengkomunikasikan rasa sakitnya dengan bicara tapi dengan menangis, terus menangis dan meronta-ronta. Bagi yang dekat atau mendengarnya akan terasa haru dan sedih.

Kalau pasien remaja dengan terus mengerang kesakitan,”aduh....aduh….aduh..., sakitnya....sakitnya. ini biasanya yang manja, tidak sebanding dengan gaya mejengnya saat sehat yang seolah-olah paling gagah dan keren. Remaja jenis ini cengeng dan memerlukan kesabaran ekstra untuk menungguinya karena agak menjengkelkan.

Kalau pasien tua biasanya dengan mengeluh sakit ini, itu dan tidak mau ditinggal jauh oleh penunggunya. Sering ngomel-ngomel kalau ada yang tidak pas bantalnya, posisi baringnya atau makanannya. Sisi lain tidak berdaya tapi sisi lain masih mau menunjukkan otoritasnya sebagai orang tua jadi agak menjengkelkan mungkin.

Merawat orang tua atau lansia sakit itu seperti merawat bayi lagi. Tapi ini bayi yang sudah tua jadi lebih sulit.  Mau digendong-gendong berat, dinasehati jadi tersinggung dan dimarahi tapi sudah tua, mau dibiarkan nanti jadi durhaka.

Jenis pasien ketiga adalah tenang. Mereka mengisi waktu-waktu baringnya dengan banyak berdzikir dan berdoa. Mereka sudah sangat paham bahwa sakit dan sehat itu dari Allah adapun rumah sakit dengan dokter, perawat dan obat-obatan itu hanya perantara saja. Menjaga pasien seperti ini relative lebih ringan dan sedikit santai karena tidak rewel dan tidak mudah mengeluh.

Pembagian ini hanya mungkin tidak mewakili semuanya tapi secara garis besar saja. Sama-sama sakit tapi berbeda menyikapi dan berbeda juga endingnya. Sehingga keimanan kepada taqdir Allah harus senantiasa ditingkatkan.

- Copyright © Pendidikan Gratis Anak Indonesia -Shinpuru v2- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -