Selanjutnya bukan hanya orang sakit saja yang sensitive tapi juga orang yang menjaganya di rumah sakit. Karena menjaga orang pasien itu bukan pekerjaan mudah tapi berat memerlukan tenaga ekstra secara fisik dan psikis. Fisik dan mental harus lebih kuat daripada pasien.

Fisik penjaga pasien harus sehat atau fit karena pertama setiap hari berinteraksi dengan orang sakit. Kedua rumah sakit dinamakan rumah sakit karena banyak penyakit atau orang sakit didalamnya.  Lingkungan rumah sakit  bergentayangan berbagai bakteri, kuman dan virus. Sehingga dokter dan perawat senantiasa menjaga dirinya dengan masker, sarung tangan dan baju yang setiap hari harus ganti.

Jika penjaga pasien tidak fit maka riskan tertular penyakit atau bahkan mungkin menambah daftar pasien baru lagi. Maka penjaga pasien harus tetap makan dan tidur yang cukup agar tetap fit atau menggerak-gerakan badan untuk relaksasi. Dan idealnya adalah tidak sendirian dan bergantian dengan bergiliran untuk menjaga stamina.

Tugas pertama adalah menemani dengan setia. Agar si pasien tidak merasa asing dan sendirian di rumah sakit sebab kesepian akan semakin pasien menyiksa. Minimal ada teman untuk diajak bicara, berbagi cerita dan mengeluarkan segala unek-uneknya.

Tugas kedua adalani melayani keperluan si pasien dengan segala kesulitannya. Seperti, mengganti pakaian atau pampes, menyuapi makanan dan menyiapkan minum, mencari air panas dan lain sebagainya.  Maka penjaga tidak boleh jauh-jauh dari si pasien. Bersiap untuk begadang malam karena harus siap terganggu tidur  kalau pasien yang ditunggui minta dikipasi atau dipijati.

Penjaga orang sakit juga harus kuat mental untuk tidak jijik dengan darah, nanah atau hal-hal yang bau. Di kamar mandi untuk membersihkan buang air kecil dan besarnya, luka atau bekas operasi. Itu adalah bagian dari kewajiban penjaga, maka disarankan penjaga pasien adalah saudaranya atau kerabat dekat sehingga memudahkan urusannya. 

Tugas ketiga bukan hanya bertanggungjawab terhadap si sakit tapi harus bisa menjembatani komunikasi si sakit dengan dokter, perawat dan manajemen rumah sakit. Si sakit tentu tidak bisa membahasakan yang jelas terhadap keluhan penyakitnya kepada dokter maka penjagalah yang menerangkan segala yang dirasakan si sakit.

Sebagai penjaga  maka dia selalu dicari oleh dokter atau perawat terhadap segala keperluan si sakit. Seperti mengantar sampel darah atau sampel kencing ke laboratorium, menukar resep ke apotik, menghadap manajemen rumah sakit terkait administrasi pembiayaan. 

Dari banyaknya tugas penjaga pasien maka kesabaran dan tekun wajib dimiliki. Kalau tidak sabar dan tekun maka pasien akan terlantar dan tersiksa karena sering dimarah atau sekalian ditinggal oleh penjaganya.

Kemudian dengan segala kesibukan penjaga pasien yang berujung pada kelelahan tersebut menimbulkan rasa sensitif yang tinggi terhadap semua orang. Apalagi ada perasaan didholimi, diping-pong atau dipersulit dalam mengurus orang yang sakit. Maka mereka bisa marah dan nekat, karena itu aja yang bisa mereka lakukan dalam memperjuangkan haknya.

Maka mereka bisa menyebut jabatannya, asal sukunya atau yang bisa membela halnya. Seperti,“Saya ini....“ sambil menggebrak meja. “Saya ini dari suku........ dan tidak ada yang kami takuti di sini“, sambil melotot matanya menahan marah. “Awas ya, kami laporkan cara kerja bapak yang tidak….“ sambil mengancam lagi.

Sehingga rumah sakit memang harus profesional dan ramah dalam melayani pasien dan keluarga pasien. Tidak semena-mena memperlakukan orang miskin yang berobat pakai surat sakti bukan lembaran rupiah karena mereka tetap manusia yang harus dimanusiakan harga diri dan hak-haknya.

Penjaga pasien juga harus menjaga stamina untuk tidak terlalu kelelahan yang berujung emosional. Semua mau cepat sembuh, namun proses manusiawi dengan perawatan tetap harus dilewati dengan kesabaran dan kesabaran.

- Copyright © Pendidikan Gratis Anak Indonesia -Shinpuru v2- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -