Ada yang menggeletik saat di rumah sakit bahwa ada peraturan yang berbeda antara kelas ekonomi dan orang berkelas atau VIP dalam masalah kunjungan jenguk-menjenguk. Kelas ekonomi dibatasi waktu kunjungnya yaitu sore hari itupun hanya 2-3 jam sehari, sementara untuk kelas VIP tidak ada pembatasan waktu. Penulis berfikir itu wajar sebagai layanan lebih untuk orang kaya yang membayar lebih ke rumah sakit.

Namun ternyata jawabannya di luar dugaan, rumah sakit kelas ekonomi kalau tidak ada pembatasan maka seperti pasar karena banyaknya orang yang mau menjenguk si pasien dan menganggu dokter perawat untuk merawat pasien. Saking ramainya mungkin kayak kereta kelas ekonomi zaman dulu.

Orang-orang kaya memang tidak banyak memiliki saudara dan tetangga, waktu sehatnya saja nampak keegoisannya dengan pagar rumah dan sekuritinya. Artinya meskipun dibebaskan waktu jenguk tetap aja sedikit orang yang menjenguknya dan mereka mungkin tidak memerlukan penjenguk tapi membutuhkan privasi dan ketenangan.

Kembali masalah orang miskin yang sakit. Satu-satunya hiburan orang miskin yang sedang sakit adalah dijenguk saudaranya. Sebab kamar kelas ekonomi tidak ada hiburan TV, panas tanpa AC, kamar sesak pasien dan WC antrean di luar ditambah sedikit judes dari oknum perawat yang mungkin juga sedang diperlakukan judes oleh atasannya. Maka saat dijenguk ada setetes embun untuk sekedar mengutarakan cerita derita yang dialaminya, mereka memerlukan pengakuan dan perrhatian atas sakitnya.

Kemudian satu-satunya hal yang bisa dilakukan orang miskin kepada saudaranya yang sakit adalah menjenguk. Jadi simbiosis mutualismenya orang-orang miskin begitu sederhana untuk dipahami dan diamalkan tidak seribet teori-teori rekayasa persaudaraan orang-orang the have dengan family gatering,family day, arisan sosialitas atau yang lainnya.

Menjenguk orang sakit di kalangan orang-orang miskin bukan sekedar budaya tapi bentuk perlawanan dari kapitalisme. Jika ada salah satu tetangga sakit maka mereka akan berbondong-bondong satu kampung menjenguk mungkin ada rasa senasib dan seperjuangan yang kuat .

Mereka datang berombongan atas nama keluarga, tetangga, teman sekolah atau teman kerja. Panggilan persaudaraan di antara mereka sangat kental, persaudaraan atas kebersamaan atau kemiskinan melahirkan kebersamaan.

Mereka menjenguk dengan sebotol air mineral, beberapa biji buah, seutas senyum, kalimat semangat dan sepotong doa yang ikhlas. Memang itu semua tidak memperingan beban biaya yang harus ditanggung pasien tapi sedikit mengurangi beban mental yang dideritanya dan menaikan semangat sehatnya. Sehingga menjenguk orang sakit itu sangat berarti bagi si pasien dan penjenguk karena bisa mengambil ibrah pelajaran untuk menjaga kesehatan.

Mari membantu menghibur orang-orang miskin yang sedang sakit, karena sakit adalah masalah waktu, semua akan merasakan sakit sebagai keterbatasan manusia di dunia ini dan ujian dari yang menciptakan kehidupan ini yaitu Allah SWT.

- Copyright © Pendidikan Gratis Anak Indonesia -Shinpuru v2- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -