Ini adalah salah-satu kisah yang menggugah penulis, sepuluh bersaudara yang berusaha berbakti kepada orang tuanya. Sejak awal mereka sudah tertanam kesadaran untuk berbakti secara maksimal kepada orang tuanya. Sehingga ketika ada berita tentang sakit ibu dari anak bungsu yang bertugas menemani di ibu di rumah, sang kakak tertua memberikan nasehat lewat SMS dan email,” Selama ini sudah sangat banyak yang diberikan ibu kepada kita dengan jerih payahnya sehingga semua anaknya menjadi ”orang” artinya sukses, sekarang beliau sedang terbaring tak berdaya, apa yang bisa kita berikan kepada beliau???”

Selanjutnya tanpa dikomando mereka kompak mengambil cuti kerja dari semua tugasnya untuk berbakti menunggu ibunya yang terbaring di rumah sakit. Apapun resikonya, meskipun dipotong gajinya, dikeluarkan dari tempat kerjanya, tiket mahal atau ada yang harus tutup sementara usahanya. Padahal kerjanya sudah mapan di Malaysia, Hongkong, Jakarta, Surabaya, Makasar, Yogyakarta, Malang, dua di Samarinda dan Balikpapan.

Ada magnet biologis sangat kuat pada seorang ibu kepada anak-anaknya. Asal usul darah daging dan kesamaan darah daging yang menariknya. Meskipun dibatasi jarak yang sangat jauh melewati kota, pulau, lautan dan lintas negara, mereka mendatangi induknya.

Di ruang tunggu ICU, mereka berkumpul dengan duduk melingkar sepuluh orang bersaudara. Kata saudara tertua memulai bicara,” Sebagaimana pesan kakak, jangan menangis dan jangan menangis! Ibu barusan dipanggil oleh Allah swt” Maka mendadak suara yang tadinya sudah hening menjadi sangat hening dan tak tertahankan suara isak tangis dari pelan menjadi sedikit keras dan meledak tangis dari anak paling bungsu dan diikuti tangis anak ke sembilan.

“Kakak bilang jangan menangis, semakin kalian menangisi kepergian ibu maka semakin berat langkah ibu untuk menghadap Allah dan sekeras apapun tangisan kita maka tidak akan pernah bisa mengembalikan nyawa ibu” Sehingga suara tangis itu sedikit reda, pelan dan hilang, yang tersisa hanya air mata dan wajah sedih yang mendalam.

“Daripada kita menangis, maka lebih baik berdzikir dan berdoa agar diampuni dosa-dosa ibu dan diterima amal-amal kebaikannya, itu jauh lebih bermanfaat” Semua termenung dan mulai berkomat-kamit bibir mereka untuk berdzikir dan berdoa dengan khusyu’.

Menangis adalah bahasa alamiah sebagai wujud kesedihan yang mendalam. Sedih dan air mata itu satu sistem yang ada di alam tubuh manusia normal. Kecuali artis melankolis yang dipaksa untuk bisa menangis, dengan air mata sandiwara.

Sebenarnya menangis itu tidak bisa dilarang atau paling tidak sulit menghentikan orang yang menangis karena menanggung kesedihan. Atau sulit orang dikatakan sedih kalau tidak terlihat menangis dan menangis adalah bahasa paling menyedihkan.

Dalam konteks menghadapi kematian orang-orang yang dicintai maka ada dilemma. Di satu pihak pasti sedih namun di pihak lain dilarang menangis. Sebenarnya menangis yang dilarang itu adalah menangis yang meraung-raung, histeris sampai mengamuk-amuk bahkan memaki-maki Tuhan.

Menangis yang seperti itu sangat dekat dengan kehilangan sebagian nalarnya atau emosional yang mendominasi dirinya. Seolah tuhan salah dalam memberi taqdir kematian untuk orang yang dicintai atau seolah tidak menerima taqdir tuhan. Itulah yang berbahaya bagi keyakinan dan agamanya.

- Copyright © Pendidikan Gratis Anak Indonesia -Shinpuru v2- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -