Belajar adalah kebutuhan fitrah semua mahluk, termasuk manusia yang diberikan banyak potensi dan fasilitas. Mempertahankan eksistensi kehidupan adalah dengan belajar karena zaman yang terus berkembang dan berubah.
Belajar adalah proses untuk meningkatkan kemampuan melalui berbagai usaha-usaha tertentu. Kemudian media belajar bisa formal dan nonformal, secara langsung dan tidak langsung.
Kecenderungan orang dekat dan mendekat dengan orang-orang yang menyukainya. Sebab ada kenyamanan bersama dengan orang-orang dekat. Mereka cenderung melihat kebaikan-kebaikan dan mengedepankan persamaan-persamaan.
Kemudian orang juga cenderung untuk senang dipuji dan disanjung kelebihan-kelebihannya. Sehingga banyak anak-anak buah yang bermental penjilat sering memanfaatkan senjata ini untuk memuji-muji atasan atau pimpinannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan simpati balik dari atasannya. Sehingga ada istilah ABS (asal bapak senang), laporannya selalu berisi hal-hal yang menyenangkan dan keberhasilan.
Padahal pujian dan sanjungan terkadang menjadi kontraproduktif karena terbuai dan terlena. Sehingga tidak ada tantangan karena sudah merasa puas dan mapan atau sukses. Apalagi kalau pujian tersebut hanya semu dan tidak sesuai dengan kenyataannya, maka bisa menjadi jebakan yang mematikan karier atau perjalanan hidupnya.
Namun ada orang-orang tertentu menjadi sukses adalah dengan belajar kepada musuh-musuhnya. Sebab musuh cenderung melihat kekurangan dan kesalahan dirinya, itulah yang menjadi informasi berharga untuk memperbaiki dirinya. Kritik dianggap sebagai masukan berharga untuk terus memperbaiki diri.
Adapun kebaikan dan kelebihan yang tidak pernah disebut atau diakui oleh musuh, maka tidak masalah bagi dirinya karena itu sudah menjadi miliknya. Kebaikan-kebaikan yang dimiliki memang bukan untuk dipamerkan atau untuk minta pujian dari orang lain.
Musuh mungkin dipandang negatif karena selalu melihat hal-hal yang negatif. Namun sebenarnya mereka adalah menyimpan potensi positif. Karena banyak informasi-informasi yang bisa disikapi untuk memperbaiki diri. Terlepas masalah musuh-musuh memiliki niat-niat yang tidak baik, maka itu urusan dia dengan Allah.
Tidak mudah memang untuk mendengar dan menerima kritik apapun apalagi yang pedas. Cenderung orang memang tidak menerima, membenci dan marah bahkan menyerang balik kritik tersebut dengan lebih pedas. Sehingga jika itu yang terjadi maka tidak mendapatkan pelajaran yang baik.
Perlu kelapangan hati dan pikiran jernih dalam menyikapi kritik dari musuh-musuh. Karena menyakitkan dan tidak enak didengar oleh telinga. Kedua instrumen mata dan telinga ini perlu dilatih untuk akrab dengan kritik dan komentar-komentar pedas. Kemudian harus dalam bingkai keimanan untuk Allah swt.wallhu a’lam.
Belajar adalah proses untuk meningkatkan kemampuan melalui berbagai usaha-usaha tertentu. Kemudian media belajar bisa formal dan nonformal, secara langsung dan tidak langsung.
Kecenderungan orang dekat dan mendekat dengan orang-orang yang menyukainya. Sebab ada kenyamanan bersama dengan orang-orang dekat. Mereka cenderung melihat kebaikan-kebaikan dan mengedepankan persamaan-persamaan.
Kemudian orang juga cenderung untuk senang dipuji dan disanjung kelebihan-kelebihannya. Sehingga banyak anak-anak buah yang bermental penjilat sering memanfaatkan senjata ini untuk memuji-muji atasan atau pimpinannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan simpati balik dari atasannya. Sehingga ada istilah ABS (asal bapak senang), laporannya selalu berisi hal-hal yang menyenangkan dan keberhasilan.
Padahal pujian dan sanjungan terkadang menjadi kontraproduktif karena terbuai dan terlena. Sehingga tidak ada tantangan karena sudah merasa puas dan mapan atau sukses. Apalagi kalau pujian tersebut hanya semu dan tidak sesuai dengan kenyataannya, maka bisa menjadi jebakan yang mematikan karier atau perjalanan hidupnya.
Namun ada orang-orang tertentu menjadi sukses adalah dengan belajar kepada musuh-musuhnya. Sebab musuh cenderung melihat kekurangan dan kesalahan dirinya, itulah yang menjadi informasi berharga untuk memperbaiki dirinya. Kritik dianggap sebagai masukan berharga untuk terus memperbaiki diri.
Adapun kebaikan dan kelebihan yang tidak pernah disebut atau diakui oleh musuh, maka tidak masalah bagi dirinya karena itu sudah menjadi miliknya. Kebaikan-kebaikan yang dimiliki memang bukan untuk dipamerkan atau untuk minta pujian dari orang lain.
Musuh mungkin dipandang negatif karena selalu melihat hal-hal yang negatif. Namun sebenarnya mereka adalah menyimpan potensi positif. Karena banyak informasi-informasi yang bisa disikapi untuk memperbaiki diri. Terlepas masalah musuh-musuh memiliki niat-niat yang tidak baik, maka itu urusan dia dengan Allah.
Tidak mudah memang untuk mendengar dan menerima kritik apapun apalagi yang pedas. Cenderung orang memang tidak menerima, membenci dan marah bahkan menyerang balik kritik tersebut dengan lebih pedas. Sehingga jika itu yang terjadi maka tidak mendapatkan pelajaran yang baik.
Perlu kelapangan hati dan pikiran jernih dalam menyikapi kritik dari musuh-musuh. Karena menyakitkan dan tidak enak didengar oleh telinga. Kedua instrumen mata dan telinga ini perlu dilatih untuk akrab dengan kritik dan komentar-komentar pedas. Kemudian harus dalam bingkai keimanan untuk Allah swt.wallhu a’lam.