Tiga puluh tahun lalu, dunia periklanan masih sangat terbatas karena tehnologi juga terbatas. Tehnologi informasi baru ada radio RRI dan TVRI hitam putih yang belum ada iklan. Kegiatan jual beli barang, misalnya di sebuah toko masih sangat sederhana. Terbatas pada papan-papan nama sederhana yang berisi nama toko, alamat toko atau pemiliki toko, pakai kayu dan cat.
Sekarang ini bisa dipastikan di semua sudut dunia ini tidak lepas dari iklan produk apa saja. Orang atau perusahaan sangat kreatif, nekat dan aneh-aneh dalam mempromosikan produknya. Produk yang ditawarkan juga ada yang bonafid seperti hotel, restoran, real state dan sejenisnya. Ada juga yang sederhana seperti jasa tukang pijat, sedot WC, jasa angkut muatan.
Sebenarnya tidak ada yang aneh dari iklan-iklan tersebut karena memang seharusnya seperti itu. Strategi pemasaran dan promosi harus memastikan bisa dilihat, didengar, dimengerti dan menarik banyak orang. Iklan adalah memperkenalkan produk, memberikan informasi, memberi nilai tambah dan membujuk orang untuk membeli atau mengikuti ajakannya. Justru aneh kalau sebuah produk tidak pernah promosi ke mana-mana dan bisa dipastikan lambat laun akan hilang produk tersebut di pasaran.
Secara manual dengan ditempel di tiang-tiang listrik, pohon-pohon, dinding-dinding seng, tembok-tembok. Dengan tehnologi Promosi yang mahal tentu melalui media televisi. Letak antara iklan dan program acara mempengaruhi harga. Apabila dikalkulasikan, maka rata-rata tarif iklan tv terbagi dalam dua jenis, tarif murah berkisar 50 ribu hingga 350 ribu rupiah per spot (durasi 15-30 detik) dan tarif mahal berkisar 6 juta hingga 16 juta rupiah per spot (durasi 15-30 detik).
Kemudian media cetak juga bisa per-baris mencapai nilai puluhan ribu. Jika besar, bergambar warna dan di depan maka bisa jutaan rupiah. Ada iklan online melalui media internet. Media-media tersebut berkelas-kelas tingkat tarif pembayarannya, kalau skalanya internasional tentu lebih mahal dibandingkan dengan media nasional apalagi yang lokal saja.
Kemudian yang pasif adalah dengan memasang baliho dan pamplet dalam jangka waktu tertentu, bukan gratisan tapi ada pajak untuk pemerintah daerah. Ada yang kerja sama dengan bayar juga kepada kendaraan bus, taxi, mikrolet, truk untuk ditempel iklan produknya di kaca belakang atau samping.
Ada juga dengan mendatangkan artis-artis ternama untuk mempromosikan melalui event-event besar. Biasanya panggung hiburan dan kegiatan umum dengan doorprize tertentu untuk mengundang banyak masyarakat datang mengikuti kegiatan tersebut. Janji-jani hadiah, undian juga ditempuh untuk mengiming-imingi masyarakat menjadi customer mereka. Big sale, bulan promosi, bulan diskos besar-besaran, obral murah atau cuci gudang akhir tahun adalah tema-tema yang mereka angkat untuk promosi.
Ada juga melalui MLM (Multi Level Marketing) juga tidak sedikit. Ratusan produk obat-obatan, kebutuhan rumah tangga, buku-buku menggunakan sistem MLM. Ini taraf internasional terutama dari China da Eropa. Sehingga tanpa sadari dalam keseharian kita pasti menjadi salah satu pemakai sampai pelaku iklan atau menjadi “korban” dari sebuah iklan.
Kemudian yang menggelitik di hati penulis adalah mengapa jarang sekali orang yang mempromosikan surga dengan segala kenikmatannya. Bukankah surga itu pasti adanya? Tidak mungkin Allah mengingkari janji-Nya? Nikmat yang ditawarkan juga luar biasa, tidak pernah terbetik dalam angan-angan atau bayang-bayang manusia, belum pernah dilihat, didengar dan dirasakan manusia di dunia ini?
Kemudian orang yang mempromosikan (mengajak) kepada kebaikan surga maka Allah akan beri kebaikan yang setimpal tanpa mengurangi pahala orang yang diajak berbuat baik tersebut. Ini kan keuntungan luar biasa dari sisi bisnis. Gerakan MLM untuk mencari anggota bisnis saja tidak malu dan takut untuk memprospek teman, tetangga terhadap bisnis yang belum tentu menguntungkan. Padahal kalau MLM itu dipakai dalam gaya berdakwah mengajak ke surga, pasti syetan kelimpungan membendung karena tidak banyak manusia yang bisa dijadikan teman di neraka nanti.
Resiko mempromosikan surga, secara mental mungkin dianggap dilecehkan, dicaci, diketawain atau gila. Secara materi memang tidak menguntungkan ekonomi di dunia ini karena tidak kelihatan kasat mata. Karena cenderung manusia sekarang berfikir prakmatis.
Hari ini memang tidak tampak, tapi keuntungan surga adalah kepastian dan keabadian kenikmatannya. Gambaran jelasnya sudah diterangkan oleh Allah melalui ayat-ayat dalam firman-Nya. Tidak ada penyesalan orang untuk iklan-kan surga Allah.
Mari promosikan surga dan iklan sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya mengajak orang bisa berjalan menuju ke surga. Dengan anjuran banyak beribadah, amal sholeh, berbuat baik dan menjauhi perbuatan-perbuatan tercela, nista, buruk, keji dan maksiat yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Wallahu a’lam bish shawwab