Polusi udara untuk pertama kali disebut sebagai penyumbang utama kematian dan cacat yang disebabkan oleh strok, terutama negara-negara berkembang.
polusi udara, baik yang dihasilkan dari pembakaran dalam kegiatan memasak atau asap lalu lintas di luar rumah, berada di antara peringkat sepuluh penyebab stroke, bersama dengan resiko yang telah dikenal seperti perokok, tekanan darah tinggi dan obesitas.
Satu tim peneliti internasional, sebagaimana dimuat Kuala Lumpur Post dari AFP belum lama ini, telah menganalisis data dari sejumlah penelitian, laporan, dan data statistik resmi, untuk mengetahui risiko stroke di 188 negara dari tahun 1990-2013.
“Temuan mencolok dari studi kami, proporsi tinggi atas stroke disebabkan oleh polusi udara lingkungan, terutama di negara-negara berkembang,” kata seorang tim studi, Valery Feigin, dari Auckland University of Technology, Selandia Baru.
Para peneliti mengatakan, polusi udara sebagai penyebab stroke merupakan penelitian pertama di dunia terkait dampaknya terhadap kesehatan, yang dalam beberapa tahun masyarakat menjadi sakit, cacat, atau meninggal karena stroke.
Sekitar 15 juta orang di seluruh dunia menderita stroke setiap tahun, yang menyebabkan enam juta orang meninggal dan lima juta tersisa dalam kondisi cacat — termasuk kehilangan penglihatan atau kemampuan bicara, kelumpuhan, dan kehilangan daya ingat.
Secara global, meskipun terdapat perbedaan besar pada setiap negara dan wilayah, faktor risiko stroke adalah tekanan darah tinggi, diet rendah buah, kelebihan berat badan, makan terlalu banyak garam, merokok, dan tidak cukup makan sayuran, kata tim.
Pencemaran lingkungan berada pada posisi ketujuh, dan polusi udara rumah tangga yang berasal dari bahan bakar padat berada di urutan kedelapan. Kemudian diet rendah biji-bijian dan gula darah tinggi melengkapi sepuluh besar.
Para peneliti menemukan bahwa 90,5 persen dari penyebab stroke disebabkan “sejumlah faktor “, terutama perilaku merokok, makan terlalu banyak gula dan tidak berolahraga cukup, serta masalah kesehatan yang terkait, seperti diabetes dan penyakit jantung.
Mengontrol faktor gaya hidup, yang berperan besar di negara-negara kaya daripada negara miskin, “Dapat mencegah sekitar tiga-perempat dari stroke di seluruh dunia,” kata Feigin.
Konsumsi Gula Naik, Merokok Menurun
Penelitian ini juga mencatat, polusi udara sebagai “faktor penyebab”, memberi arti bahwa masyarakat atau pemerintah mesti dapat melakukan sesuatu perubahan.
“Temuan ini penting untuk kampanye pendidikan, perencanaan berbasis bukti, pengaturan prioritas,dan alokasi sumber daya dalam pencegahan stroke,” tulis tim peneliti, yang juga dimuat di The Lancet Neurology.
“Polusi udara telah muncul sebagai kontributor signifikan penyebab stroke, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan karena itu mengurangi paparan polusi udara harus menjadi salah satu prioritas utama untuk mengurangi penyebab stroke pada negara-negara ini.”
Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di Asia dan Afrika, hampir seperlima dari penyebab stroke disebabkan polusi udara rumah tangga, sementara persentase yang sama untuk polusi udara ambien (di luar rumah) terjadi di China dan India.
Polusi udara dapat meningkatkan risiko stroke melalui kenaikan tekanan darah, pengerasan pembuluh darah, atau penyumbatan pembuluh darah.
Faktor risiko yang kontribusinya menyusut antara tahun 1990 dan 2013 adalah penggunaan tembakau, kata tim peneliti, terutama di negara-negara maju.
Faktor risiko stroke yang tumbuh paling cepat adalah konsumsi minuman ringan manis.

Rep: Hidcom
Editor: Admin Pendidikan Gratis...

- Copyright © Pendidikan Gratis Anak Indonesia -Shinpuru v2- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -